Keberhasilan
perusahaan antara lain bergantung pada kompetensi SDM yang dimiliki. Strategi
yang ditetapkan perusahaan untuk mencapai visi dan misinya, tidak akan dapat
dijalankan dengan baik jika karyawan perusahaan tidak kompeten untuk
menjalankan peran yang menjadi tanggung jawabnya, atau perilakunya tidak sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan.
Hard
competencies (kompetensi
teknis) saja tidak cukup untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan secara
baik dan efektif. Sebagai contoh, seorang supervisor, selain harus menguasai
keahlian di bidang kerjanya, juga harus dapat mengkoordinasikan timnya dan membangun
kerjasama dengan bagian lain agar semua tugas-tugasnya selesai sesuai target
yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, soft competencies berupa kemampuan manajerial, interpersonal dan
kepemimpinan, merupakan kompetensi yang penting untuk dikembangkan agar dapat
mendukung keberhasilan perusahaan menghadapi peluang dan tantangan bisnis.
Memasuki era 4.0,
dimana tantangan bisnis semakin dinamis, pimpinan harus mampu mengidentifikasi dan
mengembangkan soft competencies yang perlu dimiliki karyawan,
diantaranya cepat belajar, beradaptasi, menghasilkan serta menerapkan ide-ide
kreatif dan inovatif bagi bisnis perusahaan.
Dalam era ini, pesatnya
perkembangan teknologi otomasi dan kecerdasan buatan menghasilkan proporsi
pekerjaan yang lebih besar untuk pekerjaan yang mengandalkan soft
competencies, disisi lain tugas yang membutuhkan hard competencies akan
terus berkurang. Riset yang dilakukan Deloitte memprediksi bahwa pada tahun
2030 dua pertiga dari semua pekerjaan di dunia ini akan bergantung pada soft
competencies.
Pentingnya soft competencies bagi perusahaan juga terlihat
dalam riset yang dilakukan International
Association of Administrative Professional. Dalam riset tersebut, 67%
perusahaan yang menjadi responden menyatakan mereka akan merekrut seorang
kandidat dengan soft competencies
yang baik meskipun hard skills-nya
masih harus dikembangkan. Hanya 9% yang menyatakan akan mempekerjakan kandidat
dengan hard competencies yang baik
meskipun soft competencies-nya harus
dikembangkan.
Dalam praktiknya
tidak mudah bagi perusahaan mendapatkan karyawan yang memiliki soft competencies sesuai tuntutan, baik
dalam proses rekrutmen maupun promosi untuk mengisi suatu jabatan, terutama
untuk level jabatan manajerial. Perusahaan dapat dengan mudah menemukan
karyawan dengan portofolio dan sertifikasi terkait keahlian teknis di suatu
bidang seperti mengoperasikan mesin atau menerapkan suatu metode analisis,
namun sulit menemukan kandidat dengan kemampuan manajerial, interpersonal dan
kepemimpinan yang dipersyaratkan.
Di sisi lain, perkembangan
teknologi digitalisasi yang pesat menyebabkan penguasaan sejumlah soft competencies menurun. Sebagai
contoh, kompetensi berkaitan komunikasi verbal menjadi kurang berkembang karena
saat ini kita lebih banyak berkomunikasi menggunakan aplikasi chatting meskipun berada dalam jarak
yang berdekatan.
Untuk itu,
perusahaan perlu mengembangkan sistem pengembangan soft competencies
karyawan yang efektif guna menjamin ketersediaan talent dengan soft competencies yang sesuai standar di
tiap level jabatan.
Langkah-langkah
untuk Mengembangkan Soft Competencies
Berikut langkah-langkah
untuk mengembangkan soft competencies:
1. Membuat model soft competencies mencakup :
·
Kamus Kompetensi
·
Profil Kompetensi
Dalam pembuatan
model kompetensi tersebut, hendaknya memperhatikan visi yang hendak dicapai,
tantangan bisnis yang dihadapi, serta kunci sukses untuk dapat menjalankan
peran tiap level jabatan. Pastikan pula bahwa soft competencies yang disusun dapat
diobservasi, diukur dan dikembangkan. Model kompetensi ini bagi perusahaan dapat
menjadi acuan dalam mengevaluasi dan mengembangkan karyawan. Sedangkan bagi
karyawan, kamus dan profil kompetensi akan membantu untuk memahami kompetensi
yang harus dipenuhi dalam mendukung bisnis perusahaan.
2. Jika perusahaan telah memiliki model kompetensi
yang sejalan dengan strategi bisnis perusahaan, berikutnya petakan kompetensi
karyawan melalui metode assessment
yang relevan. Saat ini, metode yang banyak digunakan untuk mengevaluasi
kompetensi karyawan adalah assessment
center. Melalui metode ini,
perilaku-perilaku yang mencerminkan soft
competencies dapat terstimulasi dan terukur secara lebih objektif. Dari hasil assessment tersebut, perusahaan mendapat informasi mengenai gap/kesenjangan
antara kompetensi karyawan dengan standar kompetensi yang dituntut.
3. Kembangkan kompetensi karyawan untuk mengisi
gap/kesenjangan melalui pemberian materi
pengembangan dengan metode yang tepat serta
kesempatan untuk menerapkan hasil pembelajarannya di tempat kerja. Dukungan lingkungan terutama atasan sangat diperlukan untuk mencapai
hasil pengembangan yang optimal. Dengan demikian, hasil pembelajarannya menjadi kebiasaan/perilaku menetap yang secara otomatis
ditampilkan karyawan dalam berbagai situasi.
4. Lakukan evaluasi
terhadap hasil pengembangan soft competencies untuk memastikan efektivitas pengembangan, mencakup :
· Konten/materi pengembangan
· Teknik/metode pengembangan
· Waktu
· Biaya
· Dampak terhadap kinerja karyawan
Dengan langkah-langkah tersebut, maka perusahaan akan memiliki talent
dengan soft competencies yang mampu meningkatkan
daya saing perusahaan.
Artikel Selanjutnya : Implementasi Strategi Perubahan Dalam Organisasi